Friday, 10 October 2014

TRADISI PRASAH DESA SIDIGEDE


Di dalam sebuah pernikahan ada unsur pemberian dari mempelai pria kepada mempelai wanita yang disebut mahar atau mas kawin, lazimnya mahar atau mas kawin dalam sebuah pernikahan berupa uang, perhiasan emas, atau pakaian yang mewah. Namun di Desa Sidigede, Welahan, Jepara, Jawa Tengah, ada tradisi unik berkaitan dengan mas kawin atau mahar yaitu memberi mahar berupa seekor kerbau besar oleh mempelai pria kepada mempelai wanita.
Dalam proses pemberianya pun unik, tidak asal diberikan tetapi kerbau diarak dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai wanita, mula mulanya kerbau di mantrai oleh sesepuh desa agar kehilangan kendali dan merasa stres, dibantu warga yang juga berusaha membuat kerbau mengamuk dengan berbagai cara. Seperti melemparinya dengan berbagai macam jenis petasan dan juga lumpur yang basah meski sudah diikat di beberapa sisi dalam istilah desa “ diberacut”, kemudian kerbau tersebut diarak oleh banyak orang dari anak anak, pemuda dan juga orang tua dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai wanita, selama perjalanan biasanya kerbau itu terus mengamuk di sepanjang jalan dan mencoba menyerang orang-orang, puluhan orang yang memegang tali pengikat kerbau dibuat kewalahan karena kerbau itu hilang kendali. Warga Sidigde menyebut Tradisi unik tersebut dengan sebutan “Prasah”. 
Dalam proses pengarakan kerbau itu, tak sedikit membuat orang yang cidera. Baik cidera ringan seperti luka luka atau cidera berat seperi patah tulang, selain cidera dari orang orang yang mengaraknya, banyak pula pagar-pagar rumah dipinggir jalan yang ternuat dari bambu rusak karena amukan dari kerbau itu.
Sesampainya kerbau di rumah mempelai perempuan, kerbau ditenangkan oleh sesepuh desa dengan mantra, selain membawa kerbau sebagai mahar, dalam tradisi pasrahan pengantin di desa Sidigede, mempelai pria juga membawa seperangkat peralatan memasak lengkap serta lemari yang terbuat dari kayu jati.
Dulu, setiap mempelai pria desa Sidigede yang akan mempersunting gadis selalu membawa kerbau berukuran besar. Karena dianggap sebagai simbol kehormatan mempelai laki laki keluarganya, namun kini, seiring perjalanan waktu dan kian mahalnya harga kerbau, hanya warga kaya saja yang masih menjalankan tradisi prasah ini.









Sunday, 27 July 2014