Pada tahun
1992, peperangan pecah antara Serbia dan Bosnia. Karena kekejaman dan
pembersihan etnis yang dilakukan para tentara Serbia, umat Muslim Bosnia harus
mengungsi ke kamp-kamp pengungsian. Srebrenica adalah salah satu kamp terbesar
dan dinyatakan oleh PBB sebagai zona aman. Kamp itu sendiri dijaga oleh 400
penjaga perdamaian dari Negeri Belanda.
Pada tanggal 6 Juli 1995, pasukan Korps Drina dari tentara Serbia Bosnia mulai menggempur pos-pos tentara Belanda di Srebrenica. Pada tanggal 11 Juli pasukan Serbia memasuki Srebrenica. Anak-anak, wanita dan orang tua berkumpul di Potocari untuk mencari perlindungan dari pasukan Belanda. Pada 12 Juli, pasukan Serbia mulai memisahkan laki-laki berumur 12-77 untuk "diinterogasi". Pada tanggal 13 Juli pembantaian pertama terjadi di gudang dekat desa Kravica. Pasukan Belanda menyerahkan 5000 pengungsi Bosnia kepada pasukan Serbia, untuk ditukarkan dengan 14 tentara Belanda yang ditahan pihak Serbia. Pembantaian terus berlangsung. Pada 16 Juli berita adanya pembantaian mulai tersebar. Tentara Belanda meninggalkan Srebrenica, dan juga meninggalkan persenjataan dan perlengkapan mereka. Selama 5 hari pembantaian ini, 8373 Muslim Bosnia telah terbunuh.
Pada tanggal 6 Juli 1995, pasukan Korps Drina dari tentara Serbia Bosnia mulai menggempur pos-pos tentara Belanda di Srebrenica. Pada tanggal 11 Juli pasukan Serbia memasuki Srebrenica. Anak-anak, wanita dan orang tua berkumpul di Potocari untuk mencari perlindungan dari pasukan Belanda. Pada 12 Juli, pasukan Serbia mulai memisahkan laki-laki berumur 12-77 untuk "diinterogasi". Pada tanggal 13 Juli pembantaian pertama terjadi di gudang dekat desa Kravica. Pasukan Belanda menyerahkan 5000 pengungsi Bosnia kepada pasukan Serbia, untuk ditukarkan dengan 14 tentara Belanda yang ditahan pihak Serbia. Pembantaian terus berlangsung. Pada 16 Juli berita adanya pembantaian mulai tersebar. Tentara Belanda meninggalkan Srebrenica, dan juga meninggalkan persenjataan dan perlengkapan mereka. Selama 5 hari pembantaian ini, 8373 Muslim Bosnia telah terbunuh.
Ratko Mladic,
Jenderal Tentara Serbia sebelum melakukan pembantaian berkata dalam pidatonya: "Hari
ini, tanggal 11 Juli 1995, di Sebrenica Serbia, ketika Serbia akan menyambut
hari sucinya, kami menyerahkan kota ini kepada bangsa Serbia. Sebagai
peringatan pada penentangan melawan Turki. Saatnya sudah tiba untuk membalas
dendam terhadap kaum Muslimin."
Peristiwa yang
terjadi setelah jatuhnya Srebrenica sekarang ini dikenal sebagai pembunuhan
massal warga sipil terburuk di Eropa sejak Holocaust Perang Dunia Kedua. Ini
kemudian dikenal sebagai Genosida Srebrenica, dan sejauh ini sekitar 8.373
korban telah diidentifikasi dari ratusan kuburan massal yang telah ditemukan
sejauh ini.
Yang paling
memilukan dari kejadian tersebut bagi penduduk Indonesia adalah keengganan sang
mantan presiden yang kala itu memerintah, Soeharto, untuk mengirim pasukan
penjaga perdamaian di bawah bendera PBB hanya karena tidak mau Indonesia
dianggap negara Islam oleh dunia. Padahal peran Indonesia di kala itu sangatlah
di harapkan mengingat Indonesia pada dekade 90an di anggap negara yang masuk
10 besar negara terkuat di dunia dan sekaligus sebagai negara yang mempunyai
penduduk muslim terbanyak di dunia. Hanya Allah Swt yang tahu berapa banyak
lagi yang akan tetap dimakamkan dalam kuburan massal di ladang-ladang dan
perbukitan yang mengelilingi kota.
Sangat jelas,
motif pembantaian atas kaum Muslim itu tiada lain adalah ingin melenyapkan kaum
Muslim dari tanah Bosnia. "Saatnya sudah tiba untuk membalas dendam
terhadap kaum Muslimin," ujar Ratko Mladic setelah menerima warga sipil
dari tangan PBB. Sehingga jelas keterlibatan PBB yang ikut serta dalam
pembantaian tersebut.
Sungguh sangat
menyedihkan. Rintihan kaum Muslim Bosnia ini bukanlah rintihan satu-satunya
dari kaum Muslim. Namun semakin menambah sederetan derita dan prahara yang menimpa
umat Islam yang dahulunya terkenal raksasa bak singa. Namun kewibawaan dan
kehormatan umat tersebut kini telah hilang. tentu saja ini tidak pernah terjadi
sebelumnya kecuali setelah pelindung kaum Muslim lenyap. Setelah perisai umat,
yakni khilafah Islam dibubarkan.
Genosida
Srebrenica mungkin merupakan contoh paling keji kejahatan perang Serbia dan
kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang 1992-1995 di Bosnia dan
Herzegovina. Karena itu banyak liputan baik di media maupun dalam wacana
sejarah.
Namun, penting untuk dicatat bahwa hal itu terjadi bukan hanya di satu kota. Ratusan kota dan desa di utara dan timur Bosnia, terlalu banyak untuk disebutkan di sini, yang jatuh di bawah kendali tentara Serbia Bosnia mengalami tindakan keji dan kebiadaban serupa, mulai dari pembunuhan, pemerkosaan massal, dan kelamparan warga sipil di kamp-kamp pengungsi.
Perang di wilayah semenanjung balkan ini baru berakhir setelah NATO ikut campur dengan menggempur tentara Serbia pada operasi pembebasan dengan target utama pembebasan Bosnia dan infrastruktur yang telah di rebut oleh Serbia. Perang akhirnya selesai setelah komunitas internasional menekan Milošević, Tuđman dan Izetbegović ke meja perundingan, hingga dihasilkan nya perjanjian perdamaian Dayton pada 21 November 1995, versi akhir dari perjanjian ini ditanda tangani di Paris pada 14 Desember 1995, yang menjadi tanda berakhir nya penderitaan umat muslim Bosnia dan etnis Kroasia.
Meskipun perang telah selesai namun penangkapan para pelaku Genosida baru dilaksanakan 4 tahun setelah nya dengan ditangkap nya Slobodan Milosevic sang mantan presiden Sebia yang di nyatakan bersalah atas tuduhan kejahatan perang dan yang paling utama kejahatan terhadap kemanusiaan pada 27 mei 1999.
Namun dalang yang sebenar nya dari pembantaian Srebrenica adalah sang Jenderal Ratko Mladic yang di dakwa melakukan pembersihan etnis dengan mengambil tindakan sendiri, akan tetapi sang Jenderal sesaat setelah di tangkap nya mantan presiden Slobodan Milosevic menghilang entah kemana hingga dijadikan buronan dunia.
Tapi seperti kata pepatah, kebaikan akan selalu menang. Mladić akhirnya ditangkap oleh badan keamanan Serbia di Lazarevo, dekat Zrenjanin di wilayah Banat, Provinsi Vojvodina pada tanggal 26 Mei 2011. Penangkapannya dilakukan oleh 2 lusin pasukan khusus dari kepolisian yang menggunakan seragam hitam dan cadar, serta tanpa menggunakan tanda pengenal apapun.
Selama di persembunyian, Mladić menggunakan nama samaran Milorad Komadić. dan ia tidak mempunyai janggut atau pengenalan apapun. penampilannnya dilaporkan bahwa menunjukkan kalau Mladić "sudah menua" dan salah satu lengannya lumpuh akibat serangkaian stroke.
Semestinya ini menjadi pelajaran berharga atas berbagai peristiwa yang menimpa kaum muslim ini. Sudah tentu, kaum Muslim harus bangkit, kembali kepada Islam dan mengembalikan kehormatannya seperti di zaman Rasulullah, para sahabatnya dan para khulafa kaum Muslim. Inilah sebenarnya solusi jitu untuk menghentikan pembantaian atas kaum Muslim Bosnia, juga Kashmir, Pattani, Burma, Suriah, Palestina dan negeri-negeri Muslim lainnya.
Semoga kita tidak pernah lupa dengan apa yang terjadi di Srebrenica pada Juli 1995. Semoga Allah Swt. mengangkat derajat mereka yang syahid di Srebrenica, dan mereka mati syahid ketika mempertahankan Bosnia dan Herzegovina selama perang empat tahun, ke tempat yang paling tinggi, Jannah Firdaus, ditemani para malaikat dan para nabi, dan mungkin mereka bertemu kembali dengan keluarga mereka dan orang-orang terkasih mereka di Surga. Amin.
Namun, penting untuk dicatat bahwa hal itu terjadi bukan hanya di satu kota. Ratusan kota dan desa di utara dan timur Bosnia, terlalu banyak untuk disebutkan di sini, yang jatuh di bawah kendali tentara Serbia Bosnia mengalami tindakan keji dan kebiadaban serupa, mulai dari pembunuhan, pemerkosaan massal, dan kelamparan warga sipil di kamp-kamp pengungsi.
Perang di wilayah semenanjung balkan ini baru berakhir setelah NATO ikut campur dengan menggempur tentara Serbia pada operasi pembebasan dengan target utama pembebasan Bosnia dan infrastruktur yang telah di rebut oleh Serbia. Perang akhirnya selesai setelah komunitas internasional menekan Milošević, Tuđman dan Izetbegović ke meja perundingan, hingga dihasilkan nya perjanjian perdamaian Dayton pada 21 November 1995, versi akhir dari perjanjian ini ditanda tangani di Paris pada 14 Desember 1995, yang menjadi tanda berakhir nya penderitaan umat muslim Bosnia dan etnis Kroasia.
Meskipun perang telah selesai namun penangkapan para pelaku Genosida baru dilaksanakan 4 tahun setelah nya dengan ditangkap nya Slobodan Milosevic sang mantan presiden Sebia yang di nyatakan bersalah atas tuduhan kejahatan perang dan yang paling utama kejahatan terhadap kemanusiaan pada 27 mei 1999.
Namun dalang yang sebenar nya dari pembantaian Srebrenica adalah sang Jenderal Ratko Mladic yang di dakwa melakukan pembersihan etnis dengan mengambil tindakan sendiri, akan tetapi sang Jenderal sesaat setelah di tangkap nya mantan presiden Slobodan Milosevic menghilang entah kemana hingga dijadikan buronan dunia.
Tapi seperti kata pepatah, kebaikan akan selalu menang. Mladić akhirnya ditangkap oleh badan keamanan Serbia di Lazarevo, dekat Zrenjanin di wilayah Banat, Provinsi Vojvodina pada tanggal 26 Mei 2011. Penangkapannya dilakukan oleh 2 lusin pasukan khusus dari kepolisian yang menggunakan seragam hitam dan cadar, serta tanpa menggunakan tanda pengenal apapun.
Selama di persembunyian, Mladić menggunakan nama samaran Milorad Komadić. dan ia tidak mempunyai janggut atau pengenalan apapun. penampilannnya dilaporkan bahwa menunjukkan kalau Mladić "sudah menua" dan salah satu lengannya lumpuh akibat serangkaian stroke.
Semestinya ini menjadi pelajaran berharga atas berbagai peristiwa yang menimpa kaum muslim ini. Sudah tentu, kaum Muslim harus bangkit, kembali kepada Islam dan mengembalikan kehormatannya seperti di zaman Rasulullah, para sahabatnya dan para khulafa kaum Muslim. Inilah sebenarnya solusi jitu untuk menghentikan pembantaian atas kaum Muslim Bosnia, juga Kashmir, Pattani, Burma, Suriah, Palestina dan negeri-negeri Muslim lainnya.
Semoga kita tidak pernah lupa dengan apa yang terjadi di Srebrenica pada Juli 1995. Semoga Allah Swt. mengangkat derajat mereka yang syahid di Srebrenica, dan mereka mati syahid ketika mempertahankan Bosnia dan Herzegovina selama perang empat tahun, ke tempat yang paling tinggi, Jannah Firdaus, ditemani para malaikat dan para nabi, dan mungkin mereka bertemu kembali dengan keluarga mereka dan orang-orang terkasih mereka di Surga. Amin.