Thursday, 23 April 2015

Islam Bosnia

 
Kendati sempat diguncang prahara dan berada dibawah tekanan rejim komunis selama hampir setengah abad, namun Islam tetap mampu bertahan di negeri indah ini. Kini mereka memiliki harapan hidup yang lebih baik, sekalipun serbuan liberalisme Eropa mencoba membelokkan keyakinan umat Islam Bosnia. Tanpa Islam, mungkin Bosnia-Hercegovina telah tenggelam dan tidak dikenal oleh dunia. Subhanallah.
Etnis Bosnia maupun Hercegovina, boleh dianggap dua etnis beruntung di kawasan Eropa, yang hampir saja lenyap dari atas bumi gara-gara prahara perang Balkan yang melanda kawasan itu, sekian tahun yang lalu (1992-1995).

Disebut hampir musnah, karena dunia hanya diam terpaku, membiarkan etnis Serbia membantai etnis Bosnia-Hercegovina yang rata-rata muslim.

Mungkin bila dunia Islam tidak melakukan protes keras atas sikap negara-negara besar yang diam-diam menyetujui pembantaian (genosida) yang dilakukan oleh etnis Serbia (pemeluk katholik ortodoks), dilihat dari kelambanan mereka bergerak merespon peperangan di Balkan, tidak seperti respon kilat mereka saat konflik teluk meletup, bisa saja Bosnia-Hercegovina hanya tinggal nama. Sekiranya itu terjadi, Islam di Balkan tidak mustahil akan bernasib sama dengan nasib yang menimpa ummat Islam Andalusia ketika kekuasaan Islam di wilayah itu mengalami keruntuhan.

Syukur Alhamdulillah, hal itu tidak terjadi. Ummat Islam pun lolos dari kekejaman Serbia. Padahal, telah lima abad Islam menjadi bagian kehidupan bangsa Bosnia-Hercegovina. Artinya, telah lama diterima menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Balkan.

Ketika api peperangan itu padam, beberapa wilayah yang dahulu merupakan milik ummat Islam, telah berpindah tangan. Sistem pemerintahan pun diatur sedemikian rupa oleh PBB secara bergiliran. Sementara wilayah-wilayah Muslim menjadi tercerai berai karena dikerat-kerat oleh PBB, hingga tak sedikit wilayah yang dihuni komunitas muslim, mirip sebuah pulau kecil di tengah lautan. Atau tak beda jauh dengan penduduk Gaza yang dikelilingi tembok pembatas Israel.

Tetap Setia Kepada Islam
 
Kini, sekalipun secara resmi pemerintah Bosnia-Hercegovina menyatakan diri menganut sekularisme, namun kehidupan keagamaan, khususnya Islam, kiam mekar saja. Islam memang datang ke negeri ini melalui jalan damai, perdagangan. Ini terjadi pada abad ke- 14 M.
Pada periode selanjutnya, tahun 1429-1481, khalifah Muhammad Al-Fatih dari Turki, melebarkan wilayah kekuasaan politiknya hingga ke Balkan. Dakwah Islam yang semula melalui perdagangan, berubdah menjadi politik.

Al-FAtih berhasil menaklukan Bulgaria, terus menuju Balkan. Kedatangannya ke Balkan, tidak membuat penduduk non-muslim terganggu. Karena Al-Fatih memperlakukan mereka dengan baik dan menjamin kebebasan menjalankan agama bagi pemeluk agama lain.

Ini mungkin disebabkan, agama yang dipeluk oleh penduduk setempat, bernama Bugumili, artinya mencintai tuhan, dalam banyak hal memiliki kesamaan doktrin teologi dengan akidah Islam.

Tanpa dipaksa, warga pemeluk Bugumili, akhirnya memeluk Islam. Ini lantaran ajaran moral yang diajarkan oleh Islam telah lama dikenal dalam ajaran agama Bugumili.

Kedatangan Islam ke Balkan, bukan saja memberikan keuntungan spiritual, tapi dalam bidang pemerintahan dan keilmuan pun mengalami peningkatan. Balkan yang semula berupa wilayah dibawah kekuasaan bangsa lain di sebelah baratnya, menjadi merdeka dan memiliki sistem pemerintahan sendiri.

Dalam bidang Ilmu pengetahuan, bukan saja ilmu-ilmu keagamaan yang tumbuh subur, tetapi juga ilmu-ilmu eksakta seperti astronomi, kedokteran dll. Bosnia pada abad ke-15, mungkin merupakan negara Eropa yang memiliki peneropongan bintang moderen, pada saat bersamaan, Negara-negara Eropa lain masih belum menguasainya. Adalah Syeikh Ulugh Beg yang berjasa atas kemajuan itu.

Kini usia Islam di Bosnia-Hercegovina telah mencapai 5 abad. Saudara-saudaranya di kawasan yang sama, seperti Montenegro, Kosovo dan Albania, juga tak jauh beda. Sama-sama menyatakan diri tetap Islam sekalipun berada di Benua Eropa.

No comments:

Post a Comment