Kendati
sempat diguncang prahara dan berada dibawah tekanan rejim komunis
selama hampir setengah abad, namun Islam tetap mampu bertahan di negeri
indah ini. Kini mereka memiliki harapan hidup yang lebih baik, sekalipun
serbuan liberalisme Eropa mencoba membelokkan keyakinan umat Islam
Bosnia. Tanpa Islam, mungkin Bosnia-Hercegovina telah tenggelam dan
tidak dikenal oleh dunia. Subhanallah.
Etnis
Bosnia maupun Hercegovina, boleh dianggap dua etnis beruntung di
kawasan Eropa, yang hampir saja lenyap dari atas bumi gara-gara prahara
perang Balkan yang melanda kawasan itu, sekian tahun yang lalu
(1992-1995).
Disebut hampir musnah, karena
dunia hanya diam terpaku, membiarkan etnis Serbia membantai etnis
Bosnia-Hercegovina yang rata-rata muslim.
Mungkin bila dunia Islam tidak
melakukan protes keras atas sikap negara-negara besar yang diam-diam
menyetujui pembantaian (genosida) yang dilakukan oleh etnis Serbia
(pemeluk katholik ortodoks), dilihat dari kelambanan mereka bergerak
merespon peperangan di Balkan, tidak seperti respon kilat mereka saat
konflik teluk meletup, bisa saja Bosnia-Hercegovina hanya tinggal nama.
Sekiranya itu terjadi, Islam di Balkan tidak mustahil akan bernasib sama
dengan nasib yang menimpa ummat Islam Andalusia ketika kekuasaan Islam
di wilayah itu mengalami keruntuhan.
Syukur Alhamdulillah, hal itu
tidak terjadi. Ummat Islam pun lolos dari kekejaman Serbia. Padahal,
telah lima abad Islam menjadi bagian kehidupan bangsa
Bosnia-Hercegovina. Artinya, telah lama diterima menjadi bagian tak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat Balkan.
Ketika api peperangan itu padam,
beberapa wilayah yang dahulu merupakan milik ummat Islam, telah
berpindah tangan. Sistem pemerintahan pun diatur sedemikian rupa oleh
PBB secara bergiliran. Sementara wilayah-wilayah Muslim menjadi tercerai
berai karena dikerat-kerat oleh PBB, hingga tak sedikit wilayah yang
dihuni komunitas muslim, mirip sebuah pulau kecil di tengah lautan. Atau
tak beda jauh dengan penduduk Gaza yang dikelilingi tembok pembatas
Israel.
Tetap Setia Kepada Islam
Kini,
sekalipun secara resmi pemerintah Bosnia-Hercegovina menyatakan diri
menganut sekularisme, namun kehidupan keagamaan, khususnya Islam, kiam
mekar saja. Islam memang datang ke negeri ini melalui jalan damai,
perdagangan. Ini terjadi pada abad ke- 14 M.
Pada
periode selanjutnya, tahun 1429-1481, khalifah Muhammad Al-Fatih dari
Turki, melebarkan wilayah kekuasaan politiknya hingga ke Balkan. Dakwah
Islam yang semula melalui perdagangan, berubdah menjadi politik.
Al-FAtih berhasil menaklukan
Bulgaria, terus menuju Balkan. Kedatangannya ke Balkan, tidak membuat
penduduk non-muslim terganggu. Karena Al-Fatih memperlakukan mereka
dengan baik dan menjamin kebebasan menjalankan agama bagi pemeluk agama
lain.
Ini mungkin disebabkan, agama
yang dipeluk oleh penduduk setempat, bernama Bugumili, artinya mencintai
tuhan, dalam banyak hal memiliki kesamaan doktrin teologi dengan akidah
Islam.
Tanpa dipaksa, warga pemeluk
Bugumili, akhirnya memeluk Islam. Ini lantaran ajaran moral yang
diajarkan oleh Islam telah lama dikenal dalam ajaran agama Bugumili.
Kedatangan Islam ke Balkan,
bukan saja memberikan keuntungan spiritual, tapi dalam bidang
pemerintahan dan keilmuan pun mengalami peningkatan. Balkan yang semula
berupa wilayah dibawah kekuasaan bangsa lain di sebelah baratnya,
menjadi merdeka dan memiliki sistem pemerintahan sendiri.
Dalam bidang Ilmu pengetahuan,
bukan saja ilmu-ilmu keagamaan yang tumbuh subur, tetapi juga ilmu-ilmu
eksakta seperti astronomi, kedokteran dll. Bosnia pada abad ke-15,
mungkin merupakan negara Eropa yang memiliki peneropongan bintang
moderen, pada saat bersamaan, Negara-negara Eropa lain masih belum
menguasainya. Adalah Syeikh Ulugh Beg yang berjasa atas kemajuan itu.
Kini usia Islam di
Bosnia-Hercegovina telah mencapai 5 abad. Saudara-saudaranya di kawasan
yang sama, seperti Montenegro, Kosovo dan Albania, juga tak jauh beda.
Sama-sama menyatakan diri tetap Islam sekalipun berada di Benua Eropa.